Dalam merancang program inkubasi dengan pendekatan Journey, maka kita perlu terlebih dahulu menetapkan kriteria input, yaitu kondisi startup yang akan diterima pada program kita, dan kriteria output, yaitu kondisi yang kita harapkan dapat dicapai oleh startup tersebut setelah mengikuti program inkubasi yang kita selenggarakan.

Penetapan Kriteria Input

Dari referensi teori perubahan kita kemudian dapat melakukan analisis, pada fase atau tingkatan apa inovasi yang dapat kita terima pada program yang akan diselenggarakan. Sebagai contohnya, dari aspek adopsi pelanggan dan pasar, apakah startup / inovator yang masih berada di fase customer discovery dapat diterima di program kita? Atau minimal harus berada di tahap customer validation? Bagaimana dengan tingkat kesiapan teknologinya, apakah harus yang sudah mencapai tingkat 9? Atau juga terbuka untuk yang baru di tingkat 7?

Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dan menetapkan kriteria input yang tepat, kita dapat mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:

  1. Bagaimana tingkat kesiapan dari startup-startup yang berada pada jangkauan inkubator kita? Berapa banyak dari mereka yang sudah mencapai fase komersial, fase produk, fase prototipe atau masih berada di fase ide? Apabila inkubator kita berlokasi di kota yang sudah cukup maju ekosistem wirausahanya, maka kemungkinannya akan banyak terdapat startup yang sudah cukup matang dibandingkan dengan kota yang belum maju ekosistemnya.
  2. Sejauh mana kita sebagai inkubator mau dan mampu untuk membantu mereka di tahap-tahap awal perkembangan startup? Semakin dini tahap perkembangan suatu startup, artinya semakin besar tingkat resiko dari startup tersebut, semakin banyak dukungan yang diperlukan oleh mereka serta semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk mendampingi mereka.

Kriteria input yang kita tetapkan adalah irisan dari poin 1 dan poin 2 di atas. Poin 1 dapat kita anggap sebagai batas atas dari kriteria input yang akan kita tetapkan, sedangkan poin 2 adalah batas bawahnya. Apabila kita terlalu dekat ke poin 1, mungkin pada akhirnya kita akan kesulitan untuk mendapatkan peserta inkubasi. Namun apabila kita terlalu dekat kepada poin 2, artinya semakin banyak biaya, proses dan durasi program inkubasi yang diperlukan.

Penetapan Kriteria Output

Kita sebagai pengelola inkubator tentu ingin agar seluruh startup yang mengikuti program inkubasi pada akhirnya akan sukses menjadi perusahaan yang kokoh, tumbuh dan berkembang. Berlandaskan keinginan tersebut, mungkin terbersit di benak kita bahwa inkubator perlu selama mungkin membantu startup, setidaknya hingga startup tersebut sudah menjadi perusahaan yang memenuhi kriteria kesuksesan umum seperti yang telah disebutkan di atas.

Tapi kita juga perlu menyadari bahwa inkubasi adalah proses yang mahal dan bersifat resource intensive. Banyak sekali biaya yang harus dikeluarkan oleh inkubator, sementara return atas biaya yang sudah dikeluarkan tersebut mungkin baru dapat diperoleh 5 – 10 tahun berikutnya, yaitu ketika startup yang dibina telah berhasil. Itu pun masih harus memperhitungkan rasio kegagalan dari sebuah startup.

Berdasarkan kondisi tersebut, pengelola inkubator perlu untuk menetapkan kriteria yang tepat yang akan menentukan kapan suatu startup dapat dinyatakan selesai dari program inkubasi. Untuk menetapkan kriteria output, kita dapat mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

  1. Apa kriteria keberhasilan awal yang dapat memproyeksikan keberhasilan startup di masa yang akan datang? Untuk menunggu hingga startup dapat mencatat kinerja keuangan yang baik serta dapat memiliki pangsa pasar yang besar mungkin akan membutuhkan waktu yang terlalu lama. Inkubator perlu mengetahui kondisi-kondisi awal yang dianggap sebagai cerminan keberhasilan startup di masa yang akan datang. Kondisi awal tersebut harus merupakan pondasi yang kuat untuk perjalanan startup di periode berikutnya.
  2. Adakah pihak lain di dalam ekosistem yang dapat membantu startup setelah melalui tahap inkubasi? Apa kriteria minimal yang mereka cari dari suatu startup? Apakah bidang industri yang mereka cari sama dengan bidang industri dari inkubator kita? Apabila terdapat pihak lain sesuai deskripsi di atas, maka inkubator dapat menyerahkan “tongkat estafet” pembinaan startup kepada pihak tersebut. Inkubator perlu mencari tahu apa kriteria input yang mereka terapkan dan kemudian memastikan bahwa kriteria tersebut sudah terpenuhi pada kriteria output dari inkubator. Apabila tidak, maka akan terjadi gap antara output dari inkubator dengan input dari pihak yang akan memberikan dukungan berikutnya. Dan ini akan mempersulit startup untuk melanjutkan upaya mereka setelah melalui program inkubasi kita, dan pada akhirnya akan menurunkan tingkat keberhasilan dari program inkubasi yang kita selenggarakan.

Keberadaan pihak pendukung di luar inkubator akan berbeda-beda untuk setiap bidang industri dan wilayah. Misalnya di Indonesia saat ini sudah terdapat banyak Akselerator, Venture Capital dan Angel Investor yang dapat memberikan pendanaan atau dukungan untuk startup digital. Tapi untuk startup teknologi bidang lainnya, hampir tidak ada. Namun di Singapura, sudah terdapat Akselerator dan Venture Capital untuk bidang teknologi non-digital.

Leave A Comment