
Saya mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan banyak inkubator di Indonesia, termasuk hingga mengetahui “jeroan” dari setiap inkubator tersebut. Dari interaksi tersebut saya mendapati bahwa banyak inkubator yang belum dapat merancang program inkubasinya dengan baik. Untuk itu pada tulisan singkat ini (dan beberapa tulisan berikutnya) saya coba share bagaimana sebaiknya program inkubasi (atau program inovasi lainnya) dirancang.
Pendekatan Puzzle
Cukup banyak inkubator yang merancang program inkubasi dengan pendekatan Puzzle. Saya istilahkan demikian, karena proses perancangannya mirip seperti menyusun Puzzle. Agar dapat menghasilkan bentuk tertentu, Puzzle perlu memiliki elemen-elemen yang lengkap dan sesuai.
Pada pendekatan ini, inkubator mencoba untuk mengidentifikasi elemen-elemen apa saja yang dapat membuat startup sukses. Setelah elemen-elemen tersebut teridentifikasi, kemudian inkubator membantu startup untuk memiliki elemen-elemen tersebut, baik melalui pelatihan, fasilitasi, maupun bentuk dukungan lainnya.
Sebagai contohnya, pengelola inkubator percaya bahwa aspek pemasaran, pengelolaan keuangan, SDM, perizinan, perlindungan HKI dan pengelolaan operasional bisnis adalah penting untuk keberhasilan startup. Maka kemudian inkubator menyelenggarakan pelatihan, mentoring serta memberikan dukungan lainnya untuk seluruh aspek tersebut.
Kekurangan dari Pendekatan Puzzle
Pola pikir Puzzle kurang memperhatikan domain waktu. Seperti saat menyusun Puzzle, kita bisa mulai dari kiri bawah, kanan bawah, kiri atas atau kanan atas. Bahkan juga bisa saja kita menyelesaikannya secara acak; lompat sementara dari bagian kiri bawah untuk menyelesaikan bagian kanan atas.
Pendapat bahwa seluruh aspek tersebut adalah penting, memang tidak salah. Tapi startup hanya memiliki sedikit personil. Startup tidak dapat menangani seluruh aspek penting tersebut dalam waktu yang bersamaan atau berdekatan.
Sementara di lain sisi, tingkat kepentingan masing-masing aspek tersebut berada pada domain waktu yang berbeda-beda. Ada aspek yang sudah menjadi penting saat startup baru akan mulai mengembangkan produknya, dan ada aspek-aspek lainnya yang baru penting ketika startup tersebut telah berhasil memperoleh capaian tertentu.
Pada akhirnya, startup tidak melakukan sesuatu hanya karena penting, tapi juga perlu mempertimbangkan faktor urgensinya. Startup akan menjadi prematur ketika mereka melakukan sesuatu yang baru akan menjadi penting di masa yang akan datang, sementara aspek yang lebih fundamental belum mereka selesaikan dengan baik.
Pendekatan Journey
Adanya perbedaan tingkat urgensi dari aspek-aspek yang penting pada suatu startup membuat program inkubasi lebih relevan untuk dirancang berdasarkan pendekatan journey. Pada pendekatan ini, program inkubasi dirancang untuk mengantarkan startup menuju kondisi sukses secara selangkah demi selangkah. Pada setiap langkah startup hanya fokus pada satu aspek saja, dan startup baru dapat melakukan langkah berikutnya setelah aspek tersebut diselesaikan dengan baik.
Pendekatan ini juga dapat mengakomodir kemungkinan adanya hubungan antara dua atau lebih aspek-aspek penting, di mana satu aspek adalah prasyarat dari aspek lainnya. Aspek yang menjadi prasyarat tentu harus menjadi prioritas fokus lebih awal sebelum aspek penting lainnya. Dan startup tidak diarahkan untuk menangani aspek berikutnya sebelum aspek yang menjadi prasyarat tersebut sudah tertangani dengan baik.
Program yang dirancang dengan pendekatan journey, pada akhirnya akan mempermudah startup untuk menjadi fokus pada aspek yang kontekstual sesuai dengan tahap perkembangannya; dan tidak menjadi startup yang prematur.
Langkah Perancangan Program berdasarkan Pendekatan Journey
Sebagaimana kita merencanakan perjalanan, kita perlu mengetahui titik awal kita, tujuan akhir kita serta titik-titik yang akan kita lalui dari posisi awal hingga ke tujuan. Dan untuk dapat menetapkan ketiganya dengan tepat, kita perlu sebuah “peta” untuk dijadikan referensi.
Dalam program inkubasi, tujuan akhir adalah kriteria output, titik awal adalah kriteria input dan titik-titik yang akan dilalui adalah tahapan-tahapan program. Sedangkan “peta” yang menjadi referensi adalah sebuah teori perubahan yang sesuai.
Teori perubahan yang dimaksud dapat dibaca pada tulisan ini. Sementara titik awal dan tujuan akhir dari program inkubasi dapat dibaca di sini, dan juga terdapat tulisan lain mengenai dimensi program inkubasi yang dapat diakses di sini.